Oleh: Samuel Wibowo

Beberapa waktu yang lalu, kami sekeluarga pergi ke sebuah gereja yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Kami memang sedang mencari gereja yang dekat rumah karena gereja kami sekarang jaraknya cukup jauh dari rumah, 30 km dari pintu rumah ke pintu gereja. Pada hari itu, ibadahnya sangat singkat, hanya 1 jam lewat sedikit. Tapi ada hal yang berkesan saat mendengarkan apa yang disampaikan bapak pendeta di akhir khotbah.

Beliau mengatakan agar kita hidup seperti melihat hari ketiga setelah kematian Tuhan Yesus, yaitu saat Tuhan Yesus bangkit. Saya tidak cukup mengerti apa yang dimaksud. Lalu pak pendeta melanjutkan, sering kali kita memandang hidup kita seperti ketika melihat Tuhan Yesus di hari pertama kematian-Nya. Apa yang kita harapkan sama sekali berbeda dengan kenyataan. Sebagaimana Tuhan Yesus yang dielu-elukan menjadi penyelamat dunia, tetapi Dia mati disalibkan dan tidak dapat menyelamatkan diri-Nya. Lalu, apabila kita melihat di hari kedua, harapan tampak sia-sia. Penolong kita sudah mati, tidak ada lagi harapan dan tidak perlu lagi berharap.

Tetapi, bila kita melihat-Nya di hari ketiga, kita melihat Tuhan yang bangkit dari kematian, yang menyatakan diri-Nya hidup dan berkuasa atas maut. Masa depan kita tetap ada dan harapan kita tidak akan hilang. Penolong kita hidup dan berkuasa.

Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.’

Matius 28:18-20

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *