Pekerjaan apa saja yang diberikan kepadamu, hendaklah kalian mengerjakannya dengan sepenuh hati, seolah-olah Tuhanlah yang kalian layani, dan bukan hanya manusia.

Kolose 3 : 23 (BIS)

Bulan September yang akan datang, kami akan melakukan kegiatan retreat, 3 hari bagi para mahasiswa dan 1 hari untuk para alumni (pasutri dan single). Untuk mendukung kegiatan ini, kami melakukan suatu usaha menggalang dana berupa: menjual makanan, paket nasi dan ayam kentucky seharga 20 ribu. Dana yang terkumpul untuk membiayai uang pendaftaran dari teman-teman mahasiswa, yang sedang bertumbuh maupun mahasiswa baru yang akan dikontak pada semester baru di tahun ini dari beberapa kampus yang ada di Halmahera Utara (Tobelo).

Kami bekerja sama dengan beberapa teman-teman pekerja dalam menyiapkan makanan sampai ke proses penjualan. Teman-teman menjual secara langsung ke para pembeli, yang tidak mereka kenal sebelumnya… dari mahasiswa beralih profesi menjadi penjual makanan dadakan.

Sebenarnya ini bukanlah hal yang biasa dilakukan. Boleh dikatakan, ini pengalaman baru bagi mereka. Padahal, di zaman now, alternatif jualan online bisa dengan mudah dilakukan, salah satunya melalui media sosial… sharing foto yang berisi iklan, setelah pembeli merespon, makanan dengan cepat bisa langsung diantar sampai tujuan, free onkir lagi. Tetapi, kami mendorong mereka untuk terjun langsung bertemu dengan para pembeli di jalanan. Lokasi tujuan: pelabuhan kapal motor dan kapal feri yang beroperasi di daerah kami.

Memang jika menawarkan ke orang yang sudah dikenal, sangat mudah. Tetapi menawarkan dan meyakinkan orang yang tidak dikenal sebelumnya untuk membeli makanan, tidaklah semudah cara pertama. Menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.

Flashback : sekitar 20 tahun yang lalu, kami pun melakukan hal yang sama, menggalang dana dengan berjualan makanan. Kami belajar melakukannya dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Masa-masa itu, jerih lelah kami seperti terbayar ketika kami melihat orang-orang muda, para mahasiswa berdiri di hadapan Tuhan, mengambil komitmen untuk menjadi pembawa kabar baik di mana saja Tuhan menempatkan mereka. Doa dan harapan kami bagi generasi masa kini pun masih tetap sama, bahwa Tuhan akan memakai mereka secara lebih lagi, agar kabar baik itu sampai ke kota-kota yang sunyi, mulai dari Halmahera Utara, Maluku Utara, Indonesia, sampai ke ujung bumi.

Beberapa kesan pribadi yang mereka dapati dari pengalaman baru ini:

Saya yang sama sekali tidak pernah berjualan, sewaktu berjualan ternyata tidak mudah, perlu tekad yang kuat dan tidak perlu merasa malu, berani untuk menawarkan jualan ke orang lain. Hal yang bagi saya itu tidak mungkin, ternyata bagi Tuhan itu mungkin. Berjualan itu ternyata menyenangkan, bisa jalan-jalan sekaligus refreshing.

Lydia, Desy, Ona

Saya belajar untuk berkorban waktu demi orang lain, tidak memikirkan diri sendiri. Jika Saya melakukan dengan sungguh-sungguh, Tuhan akan membukakan jalan, buang rasa malas, terus berusaha. Bahwa Tuhan menjawab lebih dari yang didoakan, bahkan yang tidak terpikirkan pun Tuhan jawab.

Bet, Sefi, Ira
Bersama Mahasiswa Politeknik Perdamaian Halmahera Utara dan Universitas Halmahera


4 Balas ke “Cerita di Balik Nasi dan Ayam Kentucky”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *