Jika melihat gambar diatas apa yang muncul dalam pikiran kita. Mungkin akan berpikir “ini sedang telefon atau sedang ngobrol”,  ‘”wahh… diajak ngobrol kok telepon”, “tampak kurang sopan”, dan pikiran-pikiran negatif lain yang mungkin juga muncul. Ada juga yang gemes pengen menegur.

Sering  kita menilai sesuatu dari kacamata kita. Pengalaman kita membentuk bagaimana cara kita menilai sesuatu. Tanpa kita sadar, zaman berubah, budaya berubah, juga tuntutan berubah.

Apakah yang sebenarnya terjadi dalam gambar ini? Hari itu kami di pelayanan kampus Tambak (Surabaya) berusaha mengatur waktu untuk bisa sedikit bertemu dengan teman-teman mahasiswa baru, Sabtu malam sekitar jam 6-8 malam. Anggapan kami, itu waktu yang lumayan kosong untuk sebagian besar mahasiswa.  Mahasiswa yang tampak sedang menelepon ini ternyata sedang mendengarkan presentasi kelompok untuk tugas kuliahnya.

Di sela-sela tuntutan studi, dia berusaha menyempatkan diri untuk membangun hubungan dengan mahasiwa baru di sebelahnya. Dia berusaha untuk tidak melewatkan kesempatan bisa lebih dekat, menghabiskan waktu bersama, dan memperhatikan teman baru itu.

Saya belajar banyak untuk menghargai keunikan setiap orang dalam menghidupi pemuridan ini. Setiap generasi punya tantangan tersendiri, punya gaya tersendiri. Tapi setiap generasi juga berharga dimata Allah. Terpujilah Tuhan yang berkuasa. Allah bisa memakai orang dengan sangat kreatif, yang jelas tujuannya sama yaitu untuk memajukan Injil kerajaan-Nya dalam hidup tiap-tiap orang di sekitar kita.

Saya belajar dari sesi yang dibawakan oleh Jensen Chiang dalam  persekutuan bersama pelayanan kampus Surabaya dengan Ngee An Polytechnic Singapore beberapa waktu lalu. Ada beberapa catatan pribadi saya tentang bagaimana menolong mahasiswa generasi Z ini.

Senada dengan salah satu “core value” pelayanan Navigator: “Love and grace expressed among us in community”, kita perlu menyediakan komunitas yang penuh dengan kasih dan anugerah. Tentunya di dalamnya ada kebenaran yang bersumber dari Firman Tuhan.  

Hal- hal yang bisa kita lakukan:

  • Membangun hubungan yang aman dengan mereka. Kita perlu belajar mendengar dan berempati, memliki sikap yang tidak cepat menghakimi. Kita juga perlu belajar mengenal dan memahami mereka. Hal ini akan menolong kita untuk membangun hubungan yang sehat.
  • Menolong mereka menemukan identitas mereka, seperti tertulis di 1 Tesalonika 1:5. “Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.”
  • Memperkenalkan mereka dengan tujuan kekal. Seperti tertulis dalam Yohanes 10:10b, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Allah memanggil kita untuk melakukan bagian kita: menjadi perwakilan Allah untuk membentuk generasi ini.

“Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”

2 Korintus 5:20

Kiranya Tuhan memampukan kita semua.

Handy-Endah, Surabaya

1 Komentar pada “Kasih dan Anugerah Dalam Komunitas Orang Percaya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *