Oleh: Sri-Pudjo (Cibubur)

 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8). Beberapa kali ayat ini saya renungkan. Apa yang saya pikirkan akan mempengaruhi respon-respon yang akan nyata dalam tindakan, sikap saya terhadap kondisi dan orang-orang.

Dalam 2 Samuel 10:1-19, ketika Daud menyatakan rasa duka  atas kematian raja bani Amon sebagai sahabatnya kepada anaknya Hanun, apa yang dipikirkan oleh pemuka-pemuka bani Amon? sebagai maksud untuk mengintai dan menghancurkan (2 Samuel 10:3). Hal ini yang membuat Hanun merespon dengan menyerang Israel.

Sementara di 2 Samuel 16:5-14, ketika Simei mengutuki Daud, pada ayat 10 disebutkan respon Daud berpikir dengan positif sehingga Daud tidak mengijinkan Abisai membunuh Simei.

Hal ini mengingatkan saya kembali pada Filipi 4:8, sebagian dari nasehat praktis rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, apa yang patut ada dalam pikiran saya seharusnya adalah yang benar, yang mulia, adil, suci, manis, dan yang sedap didengar. Ayat ini sangat menolong saya untuk mendidik pikiran saya tentang suatu keadaan maupun sikap orang lain terhadap saya sehingga saya bisa merespon sesuai kehendak-Nya.

Saya tidak bisa mengendalikan keadaan yang terjadi di luar sana, tanggapan orang, apa yang orang pikirkan tentang saya. Namun yang bisa saya kendalikan adalah pikiran saya dengan menundukkannya dalam kehendak Allah.

Pada awal Maret 2022, setelah beberapa minggu suami pulang dari Bantul, saya merasa ada kemungkinan kami terpapar Omicron. Dikarenakan suami sempat jalan ke beberapa tempat di Jawa Tengah, dilain sisi saya sudah sampaikan untuk mengurangi mobilitas yang tidak diperlukan. Singkat cerita saat sampai di rumah, saya mencoba untuk mengobservasi kondisi suami yang sedang demam tinggi dan besoknya hasil tes PCR menyatakan positif. Saya marah saat itu, seperti tidak terima dengan kondisi. Saya berusaha menata pikiran tentang suami dan keadaan. Saya berdoa mengenai apa yang Tuhan janjikan dengan keadaan kami. Saya bersyukur Tuhan menolong saya untuk dapat berpikir baik tentang suami dan tentang keadaan tersebut. Dengan pertolongan-Nya, Tuhan memberi damai sejahtera bagi kami sekeluarga, dimana saat itu ada Uti (65 tahun) dan Bulik di rumah kami yang juga ikut terpapar. Pikiran tenang yang tentunya datang dari pertolongan-Nya membuat kami tetap menikmati masa isoman kami. Puji Tuhan…kami pulih karena kasih-Nya.

Tuhan aku ada dalam pikiranMu,

Engkau memikirkan apa yang baik bagiku,

Ajarku  juga berpikir dengan baik tentang diriku…..keadaanku….

Seperti Engkau memikirkanku.

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Filipi 4:8

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *