Oleh: Lorry Hehamahua

Setiap orang akan menceritakan perbuatan-perbuatan-Mu yang menggentarkan; aku akan bersaksi tentang kebesaran-Mu

Mazmur 145 : 6 (FAYH)

Tual, Jumat 01 Juli 2022, cuaca terlihat sangat mendung dan angin pada waktu tertentu bertiup sangat kencang. Update cuaca dari BMKG bahwa terjadi gelombang laut yang tinggi kisaran 3-4 meter sekaligus memberikan warning bahwa transportasi laut seperti kapal penyeberangan dilarang untuk beraktivitas.

Harus bagaimana? Jadwal yang tidak bertepatan dari kapal pelayaran (Pelni), sehingga kami perlu memutuskan jenis transportasi lainnya untuk perjalanan dari Tual ke Dobo untuk menjadi pembicara di Acara Retreat (7-9 Juli yang akan datang).

Waktu kian dekat. Beberapa dari kami mulai mengecek ketersediaan transportasi, mulai dari pesawat, juga kapal ferry atau kapal barang bila ada. Kami mulai menghubungi beberapa teman atau kenalan untuk membantu memberikan informasi kepastian keberangkatan pesawat dan kapal ferry. Sesekali kami perlu kembali ke kantor pelabuhan hanya untuk memastikan jadwal transportasi tersebut. Cuaca masih buruk, yang kami pikirkan jika kami menanyakan jadwal lagi pasti jawaban yang sama yang kami peroleh: belum bisa berangkat atau tunda berangkat.

Terus berdoa dan berharap, tiga hari ke depan cuaca sudah lebih baik sehingga kami bisa melakukan perjalanan.

Selasa pagi, 04 Juli 2022, beberapa dari kami kembali menanyakan perkembangan transportasi. Informasi yang kami peroleh, kami perlu menunggu sampai tanggal 07 Juli 2022. Ada larangan dari BMKG mengingat cuaca yang masih tetap sama. Ada kekuatiran mengenai kepastian keberangkatan.

Kami meminta dukungan doa dari banyak teman. Bersyukur kepada Tuhan karena informasi terbaru di siang ini, kapal ferry siap berangkat pada jam 03.00 subuh. Jadwal ini bukanlah waktu rutin kapal beroperasi. Kami percaya, ini bagian dari jawaban doa dari Tuhan bahwa Tuhan menggerakan hati mereka untuk mengijinkan kapal berlayar.

Saya mulai berpikir, agak riskan jika berlayar di malam hari dengan kondisi cuaca yang belum menentu. Di sisi lain, kapal ferry bukan tipe kapal berlayar di laut bebas yang bergelombang. Kekuatiran kembali datang, tetapi saya dan teman-teman belajar untuk tetap mempercayai Tuhan yang telah menjawab doa kami.

Tepat jam 03.15 WIT (subuh) kami mulai berlayar menuju Dobo. Kami: Bung Roy, Bung Stienly bersama Isteri (Usi Lina) dan anak (Amarich), Bung Stevy bersama tiga anak dan juga orang tua, Usi Dina dan Saya. Pada tiga jam awal perlayaran cuaca masih cukup tenang. Tepat jam 7 pagi, kapal berada di posisi Tanjung Burang (ujung pulau Kei Besar). Cuaca kembali buruk, udara berkabut, turun hujan gerimis sehingga sulit untuk melihat pulau. Jarak pandang kami hanya beberapa mil saja, angin kencang pun mulai terasa. Setelah 4 jam berlayar, ombak besar mulai menghantam kapal dari semua sisi, kadang dari samping dan dari depan sehingga kapal ferry mulai oleng. Kemiringan kapal cukup besar. Saya kuatir kalau-kalau kapal ini dapat terbalik. Saya teringat masa-masa kuliah, saat belajar tentang stabilitas kapal. Beberapa dari kami pergi melihat situasi di luar kapal. Terus berdoa supaya Tuhan dapat menenangkan ombak karena kami percaya Tuhan mengijinkan kami berlayar dan penyertaan-Nya sempurna.

Saya mulai berusaha menuju ke dek terbuka, dan melihat luar biasa ombak dengan ketinggian sejajar pintu rampa kapal ferry. Jarak puncak gelombang yang pendek, sehingga kapal dihantam gelombang sangat cepat. Kapal sulit bergerak maju dengan kecepatan hanya sekitar 7-8 knot. Dengan kondisi laut bergelombang dari samping, kapal harus mengambil haluan kiri dan kanan selang beberapa mil untuk menghindari terpaan ombak yang besar, yang bisa berakibat fatal.  Kemiringan kapal yang besar membuat kami tidak bisa tidur, saya pun kembali berjalan ke arah haluan kapal dan menemukan beberapa laki-laki dewasa yang sedang memperhatikan ombak sambil membicarakan keraguan mereka. Saya mulai berpikir dengan pemahaman yang saya miliki tentang kapal. Kemiringan kapal dengan sudut oleng yang besar sangat membahayakan keselamatan penumpang. Kapal ini bukan untuk lautan terbuka. Saya berpikir mungkinkah kami terjebak? Kami berjuang untuk mengalahkan sulitnya bergerak/bangun. Bahkan untuk makan dan minum saja tidaklah mudah, rasa mual dan muntah sudah tidak dapat dikendalikan.

Lama perjalanan Tual ke Dobo sesuai jadwal sekitar 12 jam, tapi perjalanan ini sudah melebihi 12 jam. Pelabuhan tujuan pun belum nampak. Kami terombang ambing di tengah lautan. Tidak adanya akses untuk telekomunikasi, membuat kami pun risau. Kami tidak dapat mengirimkan kabar tentang kondisi kami dan juga tidak mengetahui kabar dari teman dan keluarga.

Akhirnya, setelah menempuh 16 jam perjalanan yang diwarnai dengan ombak, hujan, dan angin yang kencang, kami pun tiba di pelabuhan Dobo tepat pukul 19.00 WIT. Para penjemput pun bersuka hati melihat kami. Mereka pun sangat mencemaskan perjalanan yang kami lalui karena cuaca yang buruk.

Dari kisah perjalanan ini, ada beberapa hal yang penting bagi saya: Tuhan membiarkan segala sesuatu terjadi agar manusia belajar memahami bahwa Dia berkuasa.

Mazmur 65:6

Dengan perbuatan-perbuatan yang dahsyat dan dengan keadilan Engkau menjawab kami, ya Allah yang menyelamatkan kami, Engkau, yang menjadi kepercayaan segala ujung bumi dan pulau-pulau yang jauh-jauh;

  • Tuhan membiarkan segala sesuatu terjadi agar manusia memberitakan perbuatan-perbuatan ajaib-Nya.

Mazmur 145:6

Kekuatan perbuatan-perbuatan-Mu yang dahsyat akan diumumkan mereka, dan kebesaran-Mu hendak kuceritakan.

  • Bertumbuh dalam iman melalui kekuatiran

Pengkhotbah 1:18

“karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.”

  • Bagi saya, hikmat itu penting, pengetahuan itu perlu, tetapi hikmat dan pengetahuan tanpa Allah sia-sia kata Pengkhotbah. Memahami dan mengetahui banyak hal tentang kapal bukan jaminan untuk tenang berada di atasnya, tetapi sebaliknya ada kekuatiran dan susah hati. Bilakah semua ini akan berakhir?
  • Semua orang perlu belajar dan tahu apa yang mereka kerjakan, yang paling penting adalah hikmat dan pengetahuan harus membawa sesorang lebih mengenal sang Pencipta semesta.

Perjalanan ini sungguh luar biasa. Yang dibutuhkan adalah bertumbuh dalam Iman melaluinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *