‘Kami ini hamba yang tidak layak menerima apa-apa; kami cuma menjalankan kewajiban kami.’ ”

(Lukas 17 : 10b AVB 2015)

Sekitar jam 12 siang di akhir pekan awal bulan Januari (8 Januari 2022) kami melakukan perjalanan panjang perdana berkunjung ke Halmahera Barat. Butuh waktu 5 jam lebih melalui darat dengan menggunakan motor, untuk tiba di keluarga pertama dari beberapa keluarga yang akan kami temui. Berbekal jagung manis, buah salak dan rambutan serta bensin 5 liter dengan semangat yang begitu besar, kami memulai perjalanan. Beberapa kali berhenti di pertengahan jalan untuk menikmati bekal dan hanya sekedar “meluruskan” badan, meregangkan tubuh dan menambah bahan bakar di kendaraan kami.

Pukul 17.30 kami tiba Desa Bukumatiti, tepatnya di Keluarga Apana., Bung James dan Istri, beserta kedua anak. Menyambut kami dengan kaget bercampur senang, karena memang kedatangan kami begitu mengejutkan bagi mereka. Setelah ramah tamah, kami dikagetkan dengan “tanah goyang” atau gempa bumi beberapa detik menjadi “sela” pembicaraan kami.

Setelah mendoakan mereka, kami melanjutkan perjalanan kurang lebih 1 jam melalui darat. Beberapa kali terhenti dan harus mencari jalan lain karena acara kawinan yang diselenggarakan di jalanan umum, sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk memasang tenda di jalanan umum, tentunya melalui ijin dari aparat setempat. Cerita perjalanan menjadi menarik karena kami harus menghadapi hujan yang sangat deras dengan lampu listrik yang padam, melewati hutan, saat itu jam sudah menunjukan pukul 22.00. Kami tersesat, dengan mengandalkan google map di saat jaringan internet hilang, kami harus kembali ke perkampungan terdekat untuk memastikan apakah rute yang kami lalui ini sudah benar ataukah keliru. Tuhan baik, kami bertemu dengan beberapa pemuda dan mereka memberi petunjuk untuk perjalanan selanjutnya…. Hujan semakin deras, jas hujan pun tidak membantu melindungi tubuh dari siraman air hujan. Tibalah kami di Desa Todahe, memasuki rumah kedua, keluarga Salam. Keluarga dari Bung Herlan. Sambutan keluarga membuat rasa dingin di tubuh ini tidak kami hiraukan. Waktu menunjukkan pukul 23.30. Kami bercerita banyak sambil menikmati makanan yang telah mereka sediakan.

Esok hari, cuaca cerah. Tuhan beri kesempatan untuk kami mengeringkan perlengkapan yang basah karena hujan semalam dan meluangkan waktu berjalan kaki mengunjungi keluarga yang lain. Keluarga Sungi, keluarga salah satu dari mahasiswa yang kami layani. Mendoakan papanya yang sakit jantung, gejala stroke dan berbagi tentang kabar baik pemberi hidup.

Waktu menunjukan pukul 12 siang, kami bersiap melanjutkan perjalanan ke keluarga lainnya di Halmahera Barat dan kembali ke Tobelo. Sekitar 30 menit, kami tiba di Desa Taraudu, berkunjung ke Keluarga dari salah satu Alumni Nav di Tual, mendoakan papa yang juga mengalami sakit stroke ringan. Kondisi kesehatan yang berangsur pulih dengan semangat hidup yang begitu tinggi, Orang tuanya berbagi cerita tentang hidup ini bahwa hati yang senang adalah obat, memberi semangat baru bagi kami yang muda.

Melanjutkan lagi perjalanan, mencari tempat tinggal saudara sepupu dari Yoppy, 25 tahun mereka tidak bertemu. ingin menyampaikan kabar baik itulah yang mempertemukan kami. Dengan terbuka, mulai menceritakan kisah hidup, memulai usaha di “tanah orang”, tantangan, suka dan duka dilalui, tapi Tuhan itu selalu ada, memberi pertolongan di waktu tak terduga yang mereka rasakan.

Pukul 19.00 kami memulai perjalanan meninggalkan Halmahera Barat menuju Tobelo, masih ada 5 jam perjalanan ke depan yang kami lalui…. dibekali, buah durian, aneka cemilan “isi toples” hari raya dan bensin utk persiapan di tengah jalan. Kami menempuh perjalanan balik. Rasa ngantuk tak bisa di kompromi, untunglah si pengendara motor tetap dalam kondisi aman. Sekitar 3 jam lebih kami lewati, tiba-tiba kami harus terhenti karena ban motor kempes. cukup menegangkan karena waktu menunjukkan pukul 23.30, di tengah hutan, tidak ada pemukiman yang bisa kami singgahi. Kami berjalan kaki sambil mendorong motor, tiba-tiba, ada mobil box yang berhenti, menanyakan keadaan kami dan memberi tumpangan bagi kami bersama kendaraan yang kami kendarai. Tuhan baik, Dia menyediakan di waktu yang tepat dan cara yang diluar dugaan. Rupanya, Istri dari pengemudi mobil ini merasakan ketidaknyamanan dengan kehamilannya (sedang mengandung anak ketiga), rasa kuatir akan melahirkan di usia kehamilan menjalani 8 bulan membuat mereka memutuskan menempuh perjalanan dari tempat tinggal mereka menuju Tobelo untuk pemeriksaan ke salah satu dokter kandungan di sana. Kami terharu sekaligus tak henti-hentinya bersyukur, karena kami satu arah perjalanan.

Waktu menunjukan pukul 01.30, kami tiba dirumah dengan tidak ada yang kurang.

Merenungkan perjalanan yang Tuhan ijinkan kami lalui… menghidupi panggilan perlu membayar harga, tapi tidaklah sebanding dengan yang Dia lakukan bagi kami. Darah yang mahal telah Dia curahkan untuk menebus kami yang hina ini.

‘We are unworthy servants [undeserving of praise or a reward, for we have not gone beyond our obligation]; we have merely done what we ought to do.’”

Yoppy dan Neny

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *