Pulau Halmahera

Dengan mengimani janji Tuhan dari Kejadian 13, kami bersama dengan 2 keluarga (keluarga Jidon dan keluarga Barces) melakukan perjalanan survey ke Halmahera Timur di tanggal 11-13 Maret 2022.
Menggunakan kapal feri dengan lama perjalanan sekitar 5 jam, kami tiba di Subaim dan melanjutkan lagi perjalanan melalui darat menuju Buli dan tiba sekitar pukul 1.00 tengah malam.

kiri ke kanan : Irna, In, Gio, Barces, Neny, Jidon, Yoppy.

Menjalani pagi hari sambil mendoakan dan melihat aktifitas masyarakat di pasar yang tidak jauh dari tempat kami menginap. Kota kecil tapi cukup ramai dan padat aktifitas. Sekolah tetap berjalan sekalipun akhir pekan. Sempat berfoto di depan SMP N 1 Buli dan menyusur jalan sampai ke pelabuhan laut.
Setelah selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan dengan mobil sekitar 1 jam menuju ibu kota Halmahera Timur, Maba. Sepanjang perjalanan, kami melihat aktifitas, hilir mudik kendaraan proyek di daerah tambang. Beberapa tempat yang bisa kami kunjungi di depan Kantor Bupati, SMK N 1 Maba dan Pelabuhan Perikanan. Informasi yang kami dapatkan hanyalah dari Pak Sopir. Terlihat sepi di jalanan utama, mungkin karena kedatangan kami pas di saat weekend yang biasanya dipakai para pekerja kantoran untuk kembali ke pemukiman mereka di sekitar pusat kota.

Melakukan perjalanan kembali ke Buli. Kami banyak mendapat informasi dari salah satu keluarga yang kami temui. Kakak perempuan dari Istrinya Barces beserta Suami yang lebih banyak berbagi. Pak Sem dengan profesi sebagai tenaga medis dan istrinya Ibu Fely sebagai Ibu Rumah Tangga. Mereka melayani sebagai guru sekolah minggu untuk anak remaja. Mengalami penolakan dan sangsi karena kreatifitas mereka dalam berbagi kabar baik kepada anak remaja..dianggap sebagai suatu ajaran sesat, sehingga mereka harus menghentikan bentuk pelayanan yang biasanya mereka lakukan (berkumpul di rumah untuk memuji Tuhan dan berdoa serta berbagi kabar baik), tapi hal ini tidak membuat mereka putus asa, mereka tetap melakukan komunikasi dengan para murid bahkan sampai beberapa dari murid-murid ini yang sudah melanjutkan studi theologi di salah satu sekolah tinggi di Jawa. Ada kejutan kecil yang diijinkan Tuhan untuk kami alami. Sewaktu kami tiba di rumah keluarga ini, kaki kiri dari Pak Sem sempat bengkak dengan alasan yang tidak jelas. bengkak berpindah-pindah dan dia merasa sulit untuk berjalan, perlu dibantu dengan tongkat. Kami berdoa bersama selama 2 hari itu, sebelum kami pulang meninggalkan keluarga ini, kaki dari Pak Sem sembuh dengan ajaib. Puji Tuhan yang melakukan perbuatan yang ajaib dan tidak terduga.

foto bersama 2 keluarga yang kami temui. Keluarga Pak Sem Makahenggang serta Istri dan Anak juga Kel Pak Teo Dante beserta Istri

Tgl 13 hari terakhir kami di Buli, setelah melewati banyak perbincangan dan doa, kami bersyukur untuk jalan yang terbuka bagi penjangkauan suku terasing dengan melalui Keluarga Pak Sem (yang sudah beberapa kali melakukan pelayanan medis dengan tujuan berbagi kabar baik) menjadwalkan untuk berkunjung ke suku terasing di bulan Desember, mereka meminta kami untuk ikut bersama dalam perjalanan ini. Harapan dan doa kami supaya bisa terlaksana sesuai pimpinan Tuhan, agar dapat bertemu secara langsung dan mendoakan mereka.

Melakukan perjalanan untuk kembali ke Tobelo, dari Buli ke Subaim, kendaraan kami dihentikan saat bertemu dengan salah 1 keluarga, penduduk Suku Togutil. Mereka duduk di pinggir jalanan yang rusak, berlindung pada rumah yang disebut Befak, yang mereka lakukan, menimbun pasir, kerikil seadaanya untuk menutupi jalanan yang berlubang. Mobil dihentikan hanya untuk bertanya, apakah kami punya sesuatu untuk dibagikan ke mereka, apakah uang, sebatang rokok, makanan atau apa saja yang bisa diberikan. Kami memang telah mempersiapkan diri dengan membeli makanan (mi instan) yang menurut Sopir, itu adalah salah satu kesukaan mereka. Bersyukur sekali karena Irna (Istri Bung Jidon) dan In (Istri Bung Barces) fasih dalam menggunakan bahasa daerah setempat, sehingga kami tidak kebingungan dalam berkomunikasi. Kasih karunia, semula hanya dalam doa, tapi sekarang bisa melihat langsung penduduk dari suku yang kami doakan. Tuhan baik

Menyeberang melalui laut dengan speed dari Subaim menuju Daru dan selanjutnya melewati jalan darat utk sampai di Tobelo. Sempat terhenti beberapa kali di tengah lautan karena mesin speed yang bermasalah. Selalu ada kejutan kecil dalam setiap perjalanan, tapi Tuhan yang pegang kendali, semua jalan di lancarkanNya.


“Open your eyes, look around. Look north, south, east, and west. Everything you see, the whole land spread out before you, I will give to you and your children forever. I’ll make your descendants like dust—counting your descendants will be as impossible as counting the dust of the Earth. So—on your feet, get moving! Walk through the country, its length and breadth; I’m giving it all to you.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *