Idaman Laoli

Sudah bertahun-tahun saya membuat sebuah resolusi hidup. Biasanya saya membuat di awal tahun tapi selalu gagal di tengah jalan bahkan kadang hanya sampai bulan Maret, saya sudah lupa. Beberapa bulan pertama semangat, tapi begitu menemui kesulitan, saya berhenti. Tinggal menuai rasa malu dan merasa bersalah di akhir tahun.

Mulailah saya meniru Jhon Maxwell, menyederhanakan resolusi dalam satu kata tiap tahun. Lalu memerinci rencana tindakan dalam berbagai peran. Sedikit menolong untuk ingat tapi tidak menolong juga dalam penerapan. Sampai bulan Agustus, sudah hilang dari ingatan apa yang mau saya terapkan. Saya pernah beberapa tahun tidak membuat resolusi apa-apa – mengalir saja.  Tapi hidup menjadi hampa karena serasa tidak punya tujuan.

(Gambar : Google)

Di tengah kesulitan pekerjaan karena dampak covid, ada berkat tersendiri bagi saya. Banyak bekerja dari rumah dan makin fleksibel waktu dan tempat kerja. Ada waktu lebih banyak untuk merenung.

Pada akhir tahun 2020 saya tetapkan bahwa mulai awal 2021, saya akan luangkan minimal dua jam renungan tiap hari, sabat seminggu tiap 4 bulan, saya catat jurnal tiap hari dan simpulkan tiap bulan serta mempertanggungjawabkan kepada istri dan tiga orang teman dekat. Saya beri mereka hak untuk menanyakan apa saja kemajuan saya dan bebas menguji komitmen saya dengan gaya dan metode mereka masing-masing. Ini menjadi persekutuan yang indah tiap kami ketemu. Bahkan menginspirasi dalam hubungan mereka dengan Tuhan.

Hasilnya, saya konsisten menikmati renungan sampai akhir tahun. Banyak cara pandang, sikap dan perilaku saya berubah. Tahun ini (2022), Tuhan memberikan saya Yesaya 1:25 “orang memakai garam soda untuk membersihkan perak. Dengan cara yang sama, aku membersihkan semua kesalahanmu. Aku membuang semua yang tidak murni dari engkau.VMD.  Ada banyak yang mau dibersihkan dan dimurnikan Allah dalam diri saya mulai tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Berikut hal-hal yang saya ketahui:

  1. Tidak membuat rencana sendiri lagi, karena yakin bahwa rencana Allah bagi saya sudah sempurna. Sebagai budak-Nya yang sudah lunas dibayar, saya tidak punya hak menentukan rencana sendiri. Tapi tiap hari datang sama Dia menanyakan rencana-Nya untuk saya dalam berbagai peran saya, dengarkan dan taati itu saja.
  2. Membuang ambisi saya menjadi orang penting atau melakukan hal-hal besar. Biar Allah saja yang melakukannya. Saya cukup mengusahakan yang terbaik dalam pekerjaan saya dan bersyukur apapun hasilnya. Tujuan saya bekerja bukan untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, dan kepuasan. Tapi untuk menyenangkan dan memuliakan Allah. Sebagai budak-Nya, ukuran kesuksesan saya adalah Tuan saya senang dan puas dengan pekerjaan saya. Kebenaran ini sangat melegakan dan mengurangi sangat banyak stress.
  3. Saya tak mengandalkan diri saya sedikitpun untuk menjadi orang baik. Sekeras apapun saya berusaha pasti sia-sia. Hanya kuasa kasih karunia Allah yang memberikan kemauan dan kemampuan untuk memiliki karakter Ilahi. Hanya Dia yang mampu mengubah saya diam-diam dari dalam tanpa saya sadari.
  4. Merendahkan hati untuk bisa ramah terhadap istri, anak-anak, sesama anak Tuhan, bahkan kepada orang jahat sekalipun. Upahku melayani mereka dari Allah bukan dari mereka. Saya memilih tidak kecewa dengan respon apapun dari mereka. Saya tak akan menghakimi perbedaan pandangan apapun dengan mereka. Itu wewenang Allah bukan wewenang saya.
  5. Berdoa dan baca Alkitab bukan sekedar ritual rohani sebagai orang Kristen tapi berdoa sampai terjadi terobosan dalam diri saya, orang lain, dan keadaan. Dan firman yang saya baca merasuk memenuhi hidup saya sampai nampak dalam hubungan dengan orang lain dan cara kerja saya.
  6. Tidak mengandalkan usaha sendiri untuk sehat tapi berserah kepada Allah. Kebersihan dan kemurnian jiwa saya lebih penting daripada Kesehatan saya.
  7. Saya mau meyakinkan sesama pengikut Kristus bahwa status kami sebagai anak-anak Tuhan membuat kami berkuasa atas setan dan anak buahnya. Kuasa Allah sempurna di dalam kami bahkan di dalam kelemahan kami.

Jika akhir tahun 2020, saya tidak memutuskan konsisten renungan dan berdoa tiap hari, ambil sabat seminggu tiap empat bulan, menulis jurnal dan mempertanggungjawabkan kepada orang-orang yang dekat dengan saya, mungkin saya tidak mendapatkan berkat-berkat di atas.

Jadi resolusi tahunan hanya akan membawa perubahan dalam hidup kita kalau menetapkan hati untuk konsisten untuk berdoa, baca Alkitab, ambil waktu sabat secara regular untuk evaluasi dan dengarkan Tuhan bulan-bulan berikutnya, menulis jurnal, dan mempertanggungjawabkan kepada orang-orang yang dekat dengan kita. Tanpa hal-hal ini, resolusi hanya semangat dijalani beberapa bulan, setelah itu malas bahkan lupa. Baru ingat lagi di akhir tahun dengan rasa malu.

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”

Kolose 3 :7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *