Handy Wicaksono

Pelajaran dari Lukas 12:13-21

Apakah anda pernah mendengar konsep Financial Independence (FI)? Secara umum konsep tersebut menyatakan bahwa seseorang perlu memiliki passive income sebesar kebutuhan hidup setiap harinya, sehingga meskipun orang itu tidak bekerja, hidupnya telah terjamin, dan ia bebas! Andaikanpun orang itu bekerja, ia bisa bekerja sesuai passion, dan tidak harus memikirkan nafkah untuk hidup sehari – hari. Konsep ini menarik dan masuk akal, sehingga banyak orang (khususnya anak muda) ingin memiliki kebebasan finansial sesegera mungkin.

Saat saya membaca perumpamaan Yesus tentang orang kaya yang bodoh, saya menemukan beberapa hal yang mengejutkan. Yang pertama, orang kaya tersebut sebenarnya ialah orang yang pintar dan penuh pertimbangan. Ia memikirkan cara yang masuk akal untuk menyimpan kekayaannya yang terus bertambah. Ia berpikir untuk merombak lumbung-lumbungnya menjadi lebih besar sehingga dapat menampung semua gandum dan barang-barangnya.

Hal ke dua, sesudah ia melakukan perombakan tersebut, ia akan merasa puas dan berkata pada jiwanya: “Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”.

Mari kita perhatikan polanya: 1) berusaha menambah kekayaan sebanyak mungkin, 2) setelah selesai, maka waktunya beristirahat dan bersenang – senang. Menurut saya pribadi hal ini mirip dengan usaha untuk mengejar kebebasan finansial: 1) berusaha menambah passive income sebanyak mungkin, 2) setelah cukup, maka waktunya beristirahat dan menikmati kebebasan.

Ada 2 pandangan mendasar yang salah yang dipegang oleh orang kaya yang bodoh:

1.            Ia hanya mengejar kesenangan dan keuntungan untuk diri sendiri

2.            Ia berasumsi punya kendali untuk menikmati semua kekayaan yang telah dikumpulkan

Pandangan pertama membuat orang ini hanya memikirkan diri sendiri, dan tidak memikirkan rencana Allah untuk dirinya. Kekayaannya telah menjadi pengganti Tuhan dalam hidupnya, menjadi tujuan hidupnya. Tujuan mencapai kebebasan finansial dapat menggantikan tujuan untuk terlibat dalam rencana Allah dalam hidup kita. Keinginan kita untuk mengumpulkan kekayaan dapat membuat kita tamak dan kurang murah hati terhadap pekerjaan Tuhan dan sesama.

Terhadap pandangan ke dua, dalam perumpamaan tadi, Allah berfirman: “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” Setelah seseorang mengumpulkan harta kekayaan, tidak ada jaminan dia akan dapat menikmatinya, karena kendali hidup kita ada di tangan Allah, bukan di tangan kita sendiri.

Pada akhirnya, bukan berarti tidak ada hal yang baik tentang menabung dan investasi. Saya pribadi sangat setuju dengan dorongan untuk fokus pada menabung dan investasi dan tidak berhutang untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif. Namun jika tujuan untuk mencapai kebebasan finansial menggantikan tujuan dan rencana Allah untuk hidup kita, maka kita telah menjadi seperti orang kaya yang bodoh dalam perumpamaan Tuhan Yesus.

Kiranya Tuhan menolong dan memampukan kita untuk hidup di dalam Dia.

Surabaya, 19 Maret 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *