Nanny Soerasno, April 2012

Ketika diminta untuk menulis artikel “Komunitas Saling” pikiran saya menerawang kembali beberapa tahun yang lalu, dimana saya pernah tinggal  pada suatu keluarga, tinggal bersama dengan beberapa teman seiman. Tak terasa juga saya sempat tinggal beberapa tahun dengan seorang tante bernama Tante Loes, yang sekarang sudah almarhumah.

GDA, Maret 2018

“Komunitas Saling” pada dasarnya adalah suatu komunitas yang terjadi secara alami dimana saya tinggal, bekerja dan juga dalam lingkup pelayanan. Pada “Komunitas Saling” terjadi suatu hubungan  yang tampak disadari telah membuka banyak kesempatan untuk saya bisa berinteraksi, bisa ikut ambil bagian atau menyatakan empati/simpati terhadap  pergumulan atau masalah orang lain atau teman-teman seiman.

Dalam Komunitas Saling  saya bersyukur karena sekaligus saya bisa bersaksi atau menyampaikan   sebagai orang yang beriman kepada Tuhan Yesus.

Teringat ketika saya kost di Jl. Anggrek, Ibu yang punya rumah kost tersebut meninggal dunia. Saya bersama seorang teman seiman (kak Roma) tinggal bareng kost disana. Selama kami tinggal disana hubungan dengan Ibu kost almarhumah cukup dekat , juga kami mengenal baik dengan keluarganya serta bibi yang tinggal disana. Kami berdua merasa kehilangan  ketika beliau meninggal dunia.Kami merasa seperti keluarga sendiri. Bersyukur saya karena berkesempatan untuk bersaksi. Pada saat semua keluarga berkumpul, saya sempat bertanya kepada suaminya: Apakah saya boleh mendoakan ibu almarhumah menurut keyakinan saya, Suaminya menjawab silahkan saya. Dari situ saya belajar bahwa didalam Komunitas Saling perlu adanya suatu komunikasi atau hubungan yang baik  yang sudah dimulai sejak awal kita masuk di dalamnya.

Juga ketika saya tinggal bersama dengan beberapa teman di Rumah latihan, saya banyak belajar untuk bisa saling berinteraksi, saling mengenal watak satu dengan yang lain, bekerjasama dalam mengerjakan urusan dalam negeri rumah latihan, seperti memasak, belanja,mengatur kas keuangan, saling menolong dan lain-lain.Dan juga tidak terlewatkan belajar PA dan PD bersama. Kadang-kadang terjadi juga gesekan-gesekan kecil yang tidak dapat dihindari, tapi akhirnya bisa diselesaikan dengan baik. Memang saya akui, tidak mudah untuk hidup tinggal bersama. Banyak perbedaan, mau tidak mau kita harus bisa saling menerima kelemahan dan kekurangan atau kekuatan  orang lain. Dasar yang menguatkan untuk bisa tinggal bersama adalah firman Tuhan dari Amsal 27:17 “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya”.

Saya bersyukur bisa tinggal bersama dengan teman-teman seiman, karena melalui kehidupan bersama tersebut di atas, kami bisa saling mengasihi, saling menolong  dan semakin bertumbuh bersama dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dan beranjak pada cerita lain episode Komunikasi Saling, waktu saya tinggal bersama dengan Tante Loes Almarhumah. Saya bersama dengan kak Roma sudah menganggap Tante sebagai keluarga kami sendiri. Kami bisa mengobrol bersama sambil nonton TV setelah pulang kantor, ikut kebaktian gereja pas diadakan di rumah tante. Sarapan pagi, makan siang dan kadang-kadang makan malam bersama tante.dan juga kalau ada kesempatan bisa jalan pagi bersama. Saya terus terang merasa sedih sekali ketika tante almarhumah mulai mengalami sakit dan keluar masuk rumah sakit sampai akhirnya tante dipanggil pulang ke rumah Bapa di Sorga pada tanggal 26 April 2010 yang lalu. Saya selalu berusaha untuk bisa bezuk tante pada saat tante dirawat di rumah sakit. Karena Saya telah menganggap Tante sudah seperti keluarga sendiri, demikian juga Tante telah menganggap kami berdua seperti keluarga sendiri. Saat-saat Tante mengalami kritis, saya selalu dihubungi oleh anaknya, sehingga saya selalu menyempatkan hadir untuk bisa bezuk.

Demikian juga ketika teman kita, Hetty ketika adiknya mengalami sakit kanker otak sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Hetty  bersama keluarga besarnya begitu setia merawat, melayani adiknya Meta sampai sekarang. Saya juga berusaha untuk bisa bezuk pada saat Meta harus dirawat di rumah sakit, ,giliran ganti jaga Meta biar Hetty bisa istirahat atau juga berkunjung kerumah Hetty pada waktu Meta sudah pulang dari rumah sakit. Kami dari Regu PA Hetty juga  menset ulang jadwal PA/PD agar bisa dilakukan di rumah Hetty, supaya Hetty bisa ikut PA/PD dengan tidak harus meninggalkan Meta .

Belajar dari “Komunitas Saling” dengan suatu keluarga, teman-teman seiman, dengan Tante Almarhumah dan Hetty, saya merasakan sekali bahwa mereka semua adalah  bagian dari Komunitas saya sendiri dan sudah ada kasih Kristus yang diam dan mengalir dalam kehidupan saya, sehingga saya sudah menganggap mereka semua adalah bagian dari keluarga saya sendiri.

Saya bersyukur kepada Tuhan,  ketika mengalami sendiri dan masuk langsung ke dalam BEBERAPA “KOMUNITAS SALING“  ada beberapa pembelajaran yang diperoleh yaitu:

  1. Semua peristiwa/kejadian dalam Komunitas Saling adalah suatu keadaan /peristiwa yang tidak bisa diulang kembali, jadi untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. (Galatia 6 :9-10 “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah waktunya kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu selagi selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”)
  2. Bentuk penerapan dari Melakukan kehendak Tuhan dengan: memperhatikan serta saling menolong. (Galatia 6 :2 “Bertolong-tolonglah  menanggung bebanmu. Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus“)

Akhir kata dari sekelumit beberapa pengalaman  “Komunitas Saling“ yang saya alami, saya belajar dan menikmati, bahwa saya sedang berada dalam lingkaran Ibrani 12:1 (sebagai saksi Kristus) dan sebagai surat Kristus dalam “II Kor 3:2,3“ yang sedang dilihat, dibaca oleh orang –orang yang ada disekeliling Komunitas Saling  saya, sekaligus merupakan penerapan kesaksian hidup saya untuk tetap ada didalam DIA.

Biarlah melalui Komunitas Saling, nama Tuhan Yesus sajalah yang dipermuliakan dan ditinggikan. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *