Teguh Widyatmoko

Di dalam komunitas kita, hal-hal ini sering kita dengar, lihat, dan bahkan alami sendiri: tinggal atau menginap di rumah teman kita, menitipkan anak-anak ketika kita sedang sakit atau ada keperluan khusus, mengunjungi teman yang berduka, melayani keperluan khusus atau keseharian mereka, memberi dengan penuh kemurahan, saling memberi nasehat, menceritakan pergumulan hidup, dan saling mendoakan. Mari kita merenungkan kembali apa yang diajarkan Tuhan mengenai hal-hal ini.

Mari kita lihat ayat dalam Ibrani 10:24-25 sebagai berikut:

Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Mengapa kita perlu semakin giat menerapkan sikap ‘saling’ ini di dalam komunitas kita?  Karena menjelang hari Tuhan yang mendekat, kita semakin mudah terlibat dengan banyak kegiatan dan kesibukan masing-masing.  Kemajuan teknologi komunikasi bisa memberi dampak negatif.  Manusia cenderung dikuasai oleh alat-alat yang mereka miliki.  Memperhatikan orang lain menjadi semakin sulit.  Kita bisa menyebut diri sebagai pengikut Kristus, tetapi apakah kita menunjukkan tanda sebagaimana seharusnya ciri seorang murid Kristus itu?  Di dalam Yohanes 8:31, kita benar-benar murid Kristus jika kita tetap dalam firman-Nya.  Dan dalam Yohanes 13:35 semua orang akan tahu kalau kita murid Yesus jika kita saling mengasihi.

Kita bisa sering dan memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan kehidupan artis, tokoh populer atau klub bola favorit kita.  Tetapi apakah kita juga bisa menyediakan waktu untuk memperhatikan dan memperdulikan orang-orang terdekat di sekitar kita?  Apa yang sedang mereka pergumulkan?  Kesulitan yang sedang mereka hadapi?  Apakah kita masih punya waktu untuk berkunjung ke teman kita, atau sekedar makan siang bersama?

Sapaan melalui media sosial juga bisa menjadi sarana komunikasi dengan mereka. Mendoakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi pergumulan mereka dan menanyakan update perkembangan dari apa yang kita doakan akan sangat membesarkan hati.

Saling membantu dan menanggung beban di antara komunitas adalah hal nyata dan berkesan.  Apa yang pernah dipelajari tentang Alkitab mungkin bisa lupa, tetapi kasih dan perhatian yang nyata itu tidak mudah dilupakan. 

Untuk melakukan hal-hal baik ini, tentu memerlukan sifat rendah hati, tidak mementingkan diri sendiri, iman dan kasih.  Bagi kita yang pendiam, tentu susah untuk berinisiatif membangun komunikasi, tetapi dengan motivasi mengasihi yang besar, tentu akan mendorong kita berusaha meninggalkan zona nyaman kita agar bisa memperhatikan orang lain.

Kesimpulan perenungan ini yaitu: kasih merupakan tanda yang nyata seorang murid Kristus.  Praktek kasih di dalam komunitas, misalnya saling membangun semangat, menguatkan, menajamkan termasuk menegur, menasehati dan menghibur, akan menjadi kesaksian bagi orang yang belum percaya.

Mari kita mulai melihat orang-orang di sekitar kita, mendoakan dan memperhatikan mereka.  Mengambil inisiatif menyapa dan bersikap ramah kepada mereka, menunjukkan kasih yang nyata dalam perbuatan, karena dengan itulah tanda seorang murid Kristus.   Kiranya semakin banyak orang bisa mengenal dan merasakan kasih Tuhan Yesus melalui hal-hal yang kita katakan dan kerjakan sehari-hari.  Kasih karunia Tuhan kiranya selalu melimpah dalam hidup kita. 

Amin.

2 Balas ke “BENAR-BENAR MURID YESUS”

  • Terima kasih mas Teguh renungannya. “Memperhatikan” dan semakin giat melakukan agar orang lain turut merasakan Kasih Allah. Suatu tanda yang nyata!

  • Terima kasih, mas Teguh, untuk renungannya… Bersyukur hidup dalam komunitas saling – sebuah cara bersinar bagi lingkungan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *