(Rudy Manurung, buletin jakarta Maret 2007)

Tadi malam (Kamis, 22 Maret 2007) beberapa rekan telah mengikuti acara kebaktian penghiburan di rumah duka RSPAD-Gatot Soebroto bersama keluarga besar dari Barce dan Happy Simarmata.

(ilustrasi) kepergian Edo 9 maret 2018

Saya merenungkan kembali salah satu bagian yang ditekankan dalam khotbah tadi malam, yang disampaikan oleh pak Alex Mamesah, dari Pengkhotbah 7 tentang lebih baik ke rumah duka daripada ke rumah-rumah pesta. Di rumah duka saya sering mendengar garis besar kehidupan seseorang yang sudah pergi, ini menjadi bahan evaluasi kita untuk merenungkan apa yang sedang terjadi dengan kehidupan kita, apakah kita masih di jalan yang sesuai dengan tujuan hidup yang kita tentukan dan doakan di awal, apa arti hidup yang ingin kita raih di sisa perjalanan kehidupan yang masih ada. Apakah masih memiliki api semangat yang membara untuk hidup bagi Kristus? Apakah ingin menjadi seorang ayah atau ibu yang melahirkan generasi-generasi yang takut dan mengenal Tuhan? Apakah akan menjadi seorang karyawan atau pengusaha yang menggunakan semua talenta dan karunia untuk kemuliaan Dia? Atau menjadi seorang ompung/opa & oma/eyang yang nantinya tetap bersemangat menjadi pendoa yang mendukung keluarga besarnya?

Tadi malam beberapa anggota keluarga sharing tentang kesaksian hidup almarhumah ibu Purnamasari ini, dalam kondisi kelemahan fisiknya beliau tetap memiliki semangat hidup yang tinggi dan menjadi pendoa bagi keluarga besarnya.

***

Saya sangat terkesan merenungkan kesaksian beberapa orang tua di Alkitab yang tetap bergairah di usia senjanya untuk tetap bekerja buat Tuhan, seperti Simeon & Hanna di Lukas 2, dan Kaleb di Yosua 14 : 11 & 12. Saya yakin tidak mungkin semangat tinggi ‘bekerja untuk Tuhan’ di usia senja dapat kita miliki tanpa persiapan hati dan hidup kita sejak sekarang ini. Semangat melayani di usia muda kita (bahkan ketika pertama kali melayani), dan kekonsistenan hati melayani di usia matang dan dewasa kita pasti menjadi kunci untuk kekuatan hati yang tetap bersemangat melayani di usia tua kita. Kaleb bilang kekuatan & semangat hati dia saat berusia 85 tahun sama seperti ketika berumur 40 tahun, luar biasa!

Ini juga berlaku untuk kebiasaan-kebiasaan positif lainnya, seperti berdoa, saat teduh dan pemberian persembahan atau perpuluhan, juga termasuk kebiasaan menjaga kesehatan dengan olah raga atau lainnya, tanpa latihan terus menerus (dan tentunya dengan pertolongan Roh Kudus) sulit buat kita untuk tetap memiliki gaya hidup positif hingga usia tua kita (walaupun bukan berarti tidak mungkin, karena hidup ini juga adalah kasih karunia).

1 Komentar pada “Lebih Baik Ke Rumah Duka”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *